Kelahiran Bayi Membawa Potensi Anugerah Ilahi
Dalam ajaran dan pandangan Islam setiap bayi yang lahir ke dunia adalah
suci, bersih, tidak membawa dosa dan aib. Bayi yang baru lahir ke dunia
bahkan membawa potensi yang sangat luar biasa, yaitu potensi kebenaran
yang dianugerahkan oleh Allah SWT.
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh firman Allah di dalam Al-Qur’an
"Read More"
"Read More"
- Di antara akhlak seorang mukmin adalah baik dalam berbicara, tekun bila mendengarkan, berwajah ceria, dan menepati janji.(HR. Ad-Dailami)
- Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah : 153)
- Sungguh sangat unik perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka hal itu merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)
- Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.(HR. Muslim)
- Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad) agar kalian diberikan rahmat.” (QS. Ali ‘Imran: 132)
- Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.(Az Zumar:10)
Demikianlah 25 kata-kata nasihat islami dari Al-Qur’an dan Hadits. Semoga dapat kembali mengingatkan kita kepada Allah SWT.
وَنَفۡسٖ وَمَا سَوَّىٰهَا ٧
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩
وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠
Artinya: Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. As-Syams [91]:
7-10)
Pada Ayat dari firman Allah di atas menerangkan bahwa seorang jabang
bayi sudah diberikan potensi untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk sejak lahir meski kita melihat mereka dalam keadaan lemah,
telanjang, tak berdaya, dan belum mempunyai kemampuan apa-apa. Sekalipun
dari segi fisik bayi yang baru lahir hanya dapat menangis, namun dari
segi kerohanian Allah SWT sudah membekali mereka nilai-nilai ketuhanan
yang dapat mengantarkan mereka ke jalan yang benar.
Firman Allah SWT di dalam AL-Qur’an
Renungkanlah firman Allah SWT berikut ini:
۞ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٖ
ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفٖ قُوَّةٗ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ
قُوَّةٖ ضَعۡفٗا وَشَيۡبَةٗۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ
ٱلۡقَدِيرُ ٥٤
Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Ar-Rum [30]: 54)
Dari firman Allah di atas, menerangkan bahwa manusia pada awal
kelahirannya begitu lemah. Setelah menginjak usia remaja dan dewasa,
manusia menjadi kuat dari segi fisik. Namun, setelah melewati masa
dewasa, pada umumnya manusia kembali menjadi lemah seperti baru
dilahirkan dan menjadi pikun. Hanya orang-orang tertentu yang secara
mental tidak mengalami kepikunan, antara lain, mereka yang di dunia ini
tidak pernah lepas dari membaca Al-Qur’an.
Secara spiritual, manusia atau dalam hal ini bayi yang baru lahir telah
dibekali oleh Allah SWT potensi keilahian. Bahkan, setiap manusia pada
dasarnya telah mengikat janji hanya akan menyembah dan beribadah kepada
Allah SWT. Hal ini dijelaskan oleh firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an
berikut ini:
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِيٓ
ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ
أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن
تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ ١٧٢
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (QS.A1-A’raf[7]: 172)
Pada firman Allah SWT di atas, menerangkan kepada kita bahwa manusia
atau bayi yang baru lahir sudah mempunyai jiwa yang sempurna dan telah
dibekali potensi ketuhanan sehingga dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Akan tetapi, setelah mengalami kehidupan berikutnya,
atau ketika memasuki masa akil balig dan dewasa kebanyakan manusia
berpaling dari jalan yang benar. Mengapa bisa begitu? Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjunganya